Oke, sebagai
perkenalan, kali ini saya akan berbagi tips. Yang berkaitan dengan kepenulisan
dong, ya. Karena saya suka sekali menulis cerita horor, saya akan berbagi
sedikit tips agar cerita horor kamu berkesan dan menarik para pembaca. Langsung
saja, ya.
- Bacalah cerita horor lain terlebih dahulu.
Cari
cerita horor yang menurut kamu serem. Entah karya penulis lokal maupun
terjemahan. Atau baca chat dengan sang kenangan eh ....Cermati bagaimana mereka
menggambarkan suasana horornya. Pahami bagaimana cara mereka menggambarkan
kengerian dalam cerita, penulisan dan diksi yang tepat. Istilahnya, kita nyuri
ilmu, bukan nyontek lho, ya.
- Pikirkan pengalaman horormu atau pengalaman orang lain.
Punya
pengalaman horor? Kenapa tidak dituangkan dala cerita. Walau tidak sepenuhnya
kalian alami, setidaknya kalian punya hal seram yang bisa jadi ide cerita untuk
dibagi. Bagaimana kalau tidak punya? Tanya orang di sekitarmu. Keluarga, teman,
pacar atau bahkan mantan. Tanyakan pada mereka pengalaman yang menyeramkan
menurut mereka.
- Judul tak biasa
Sudah
menjadi rahasia ketika orang akan tertarik ketika membaca sebaris judul. Baru
kemudian membaca isinya. Carilah judul
semenarik mungkin. Kalian bisa menggunakan bahasa apapun, terserah. Kalian juga
bisa menggunakan judul tenar yang sudah diplesetkan. Misalnya, Pengabdi Mantan,
Pocong Ngesot, Ganteng-Ganteng Genderuwo, Cinta Kunti, atau Hantu Kuntilanak
Cantik itu ternyata adalah Kakakku yang tidak Sengaja Kubunuh Memakai Baygon.
Greged ya?
- Gunakan deskkripsi yang umum
Ini
adalah point penting. Imajinasi setiap orang memang berbeda, tapi akan lebih
baik jika menggunakan imajinasi yang umum yang membuat semua orang mudah untuk
membayangkannya. Misal, ceritakan tentang rumah tua yang setiap orang pasti
sudah bisa membayangkan bahwa rumah tua biasanya angker, suram dan menakutkan.
Tidak perlu mengangkat tema yang menurut kalian wah, padahal menurut pembaca
itu terlalu tinggi untuk dibayangkan.
- Gambarkan setiap unsur cerita secara detil.
Penah
membaca cerita dan merasa kalian seolah kenal dekat dengan tokohnya? Kalian
seolah pernah bertemu dan melihatnya langsung? Atau seolah-olah kalian yang ada
di dalam cerita? Ya, itu adalah keahlian yang harus dimiliki para penulis.
Detil dari cerita yang mengena, akan membuat pembaca penasaran dan merasa
seolah ikut dalam cerita. Sebisa mungkin gambarkan dengan jelas. Bagaimana
‘bentuk’ tokohnya, suasana tempatnya, dan apa yang dirasakannya.
Lalu
bagaimana kita membuat detilnya? Tempatkan diri kita sebagai tokohnya.
Misalkan, “Aku menoleh. Di sudut ruangan jelas kulihat sosok anak kecil
perlahan terbentuk. Jantungku berdegup keras. Perlahan sosok itu terbentuk
sempurna. Postur setinggi bahuku, pakaiannya compang camping dengan kulit
pucat. Di dadanya jelas tercetak bercak darah yang melebar. Mulutnya yang
berdarah terus mengerang.
Pelan,
dia berjalan ke arahku. Sial! Kenapa aku tidak bisa menggerakkan kakiku.
Langkahnya
semakin dekat. Hidungku dengan jelas mencium bau anyir dari tubuhnya.
Tidak!
Bagaimana ini?
Tangannya
terulur ke arahku. Mata hitamnya seolah menatapku galak. Kulit wajahnya yang
pucat, perlahan meleleh ....”
Nah,
sangat detil bukan?
- Gunakan imajinasi yang masuk akal.
Imajinasi
adalah hal tanpa batas. Apapun bisa kita wujudkan dalam imajinasi. Termasuk hal
absurb. Untuk cerita horor, jangan sekali2 menggunakan imajinasi yang di luar
nalar. Misalkan, pocong itu terus mengejar dengan mengarahkan senapan angin
padaku. What? Pocong bisa megang senjata? Cukup gambarkan sesuatu yang
sederhana dengan rangkaian diksi yang tepat, cerita kalian akan terasa
bernyawa.
- Gunakan gambar yang sesuai dengan cerita.
Untuk
membantu pembaca lebih menghayati isi cerita, carilah gambar yang sesuai dengan
ceritamu. Jika membahas tentang om pocong, maka carilah gambar om pocong.
Jangan sekali-kali menggunakan gambar mantan yang sudah menikah untuk cerita
tentang genderuwo. Ya, meskipun sama-sama menyeramkan, si.
Cukup
segini dulu, ya. Jika ada yang salah, mohon koreksinya. Jika ada yang mau
nambahin, dipersilakan
TTD Tukang Nulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar